Rabu, 24 Juli 2013

Ini Judulnya Apa?


Halo, long time no see. Sekali-kali ngomongin soal el-o-ve ah. Selow, sudah mau semester 5 ini. hhahahahahahaha :D

Sekarang saya tanya, topik apa yang paling betah kalian bahas all day long (selain konser kemarin atau film yang baru saja kalian tonton) ? Apa yang bikin kalian mendadak autis dengan handphone kalian masing-masing sambil cekikikan? Apa yang bikin kalian yang awalnya cukup-fashionable mendadak jadi amat-sangat-fashionable ? Apa yang bikin kalian mendadak jadi orang yang talkative ? Apa yang bikin kalian mendadak giving-very-very-more-attention sama lagu siapapun yang kalian denger? Saya rasa semua orang tau jawabannya dengan benar.

Ngomongin soal fallin’ in love gak bakal pernah ada habisnya. Semua orang pasti pernah ngerasin yang namanya fallin’ in love. Entah itu at first-sight, at entahlah sight yang keberapa, sama orang yang gak dikenal, sama orang yang sudah amat sangat dikenal, sama teman sekelas, sama teman lain kelas, atau sama adik kelas. Saya sendiri? Gak munafik, pernah lah ngerasin yang namanya fall in love *uhuk*.

Tom Hansen       : What happens when you fall in love?
Summer Finn     : You believe in that?
Tom Hansen       : It’s love. It’s not Santa Clause.

Jatuh cinta bikin seseorang mendadak norak dan menyebalkan (setidaknya di depan orang yang gak lagi jatuh cinta atau baru saja patah hati). I know I know, saat kalian jatuh cinta apalagi masa-masa yang namanya PDKT, bawaannya pengen ceritaaaaaa mulu. But please, tempatkan kondisi kalian, dong. Disaat orang yang kalian curhati menunjukkan rasa bosan entah dengan cara apa, tolong hentikan cerita kalian. Toh, kalian yang sedang jatuh cinta gak bakal pernah kehabisan topik bahasan soal gebetan kalian, kan?

Gak semua cerita cinta kalian itu menarik buat orang lain. Kadang buat saya pribadi, lebih-baik-untuk-tidak-terlalu-mendengarkan (bukan berarti tidak mendengarkan) sepenuhnya cerita-cerita kalian karena saya gak mau nantinya mendadak ilfeel sama orang yang awalnya kalian sanjung-sanjung itu kalau nantinya terjadi sesuatu yang tidak kalian –dan saya- inginkan nantinya.

“What happen if he’s your Prince Charming and you’re not his Cinderella?”

Atau lebih universalnya lagi sering kita sebut PHP. PDKT yang gak berending bahagia sebenernya bisa aja kita tanggepin biasa tanpa galau dan nangis-nangis segala seandainya dari awal kita gak terlalu GR menanggapi segala macam tindakan yang mereka lakukan baik itu ditujukan buat kita atau kita anggap ditujukan buat kita. PDKT yang gak berakhir kena Pajak-Jadian sama temen-temen sebenernya bisa aja jadi ajang cari teman –atau bahkan sahabat- baru kalau seandainya kita gak curhat sana-sini soal perhatian-perhatian mereka yang kadang suka kita lebih-lebihkan dan menganggap “dia naksir aku”. Gak perlu sampe sungkan-sungkanan sama teman yang kalian curhati habis-habisan gara-gara malu berat habis dibilang naksir, eh gak taunya jalan sama cewek/cowok lain.

Saya sendiri gimana? Nyengir aja deh. Tapi kadang, kecewa (entah oleh hal apa) ataupun patah hati, bikin kita lebih bijak, menutup diri, atau mungkin amat sangat menyebalkan. Trust me, deh! Hhahahaha :D

Seseorang yang….entahlah. Saya bingung harus mendeskripsikan orang itu dengan bagaimana dan seperti apa. Intinya, seseorang pernah bilang sama saya :
“Kamu gak punya pacar soalnya gak ada yang mau sama kamu” #sambil-ketawa. I think She need a medicine immediately!! That’s so bad. Dengan santai (Diluar. Padahal sih tersinggung) saya bilang, “Cih, terus kamu bangga punya pacar? Buat apa punya pacar kalo cuma seperti pacarmu. Useless”. Oke saya sadar. Saya menjadi sama buruknya dengan ucapan dia barusan sedatar-datarnya respon saya. Bukan, bukannya saya mau jadi oversensitive. Biasanya saya gak terlalu ambil pusing sama omongan orang. But, “gak ada yang mau sama kamu” words is too rude buat diucapkan sama orang yang harusnya mengayomi yang lebih muda.

Having a boyfriend not a point of being alive for me. Saya akan merasa sangat hidup dan bahagia kalo saya bisa hadiahin orang tua saya IPK cumlaude pas hari kelulusan nanti. Sukur-sukur kalo bisa ngasi IP 4.00. Sudah semester 5 dan masih jomblo? So what. Buat apa pacaran kalo kerjaannya nangis mulu, disayang-sayang di SMS atau telpon tapi ternyata si pacar nikung sana sini, tengah malem suka kalap gara-gara gak punya pulsa dan kuota internet buat bales SMS atau chat dia, kamana-mana kena wajib lapor (padahal sama orang tua sendiri aja suka jarang pamit), gak boleh ini-itu dan semua-muanya, serta hal-hal menjengkelkan lainnya?

Saya masih bisa hidup dengan normal tanpa pacar. Dengerin musik, ngopi bareng temen atau sendirian sambil sibuk dengan pikiran dan imajinasi saya, berangkat nonton seenak jidat tanpa harus cocokin jadwal sana sini, berlama-lama ditoko buku tanpa harus membeli dan merasa sungkan sama orang yang nganterin atau nemenin, ketawa-ketiwi di hutan yang sama sekali  bersih dari light-pollution (you know what I mean) bareng sama teman-teman pendaki lain tanpa harus khawatir ada yang cemburu, dan yang paling penting adalah bebas berteman sama siapapun.

Saya memang gak punya pacar, tapi saya senang punya teman seperti kalian. You really know how to make people smile, laugh, and then cry dalam waktu singkat! Mmmmmmm, sebut saja “the always there” feeling. For some reason, ada beberapa orang yang selalu bareng kita dan jadi bagian dari hidup kita selamanya (the ture friend, of course). Thank you so much for being (again and again) the helping hands and simply just by saying yes all the time, guys
J