Selasa, 04 Maret 2014

It's Not About You

Ahoi!!! Really long long long time no see, ya. Apa kabar? Kemarin-kemarin lagi di kameha-meha sama tugas, urusan KKN, dan urusan kuliah lainnya (You have to know that KRS di Fakultas saya bisa dibilang cukup ribet).

Baru saja terlibat omongan lumayan seru sama teman kos. Yang satu kakak tingkat semester akhir jurusan komunikasi, satu lagi seangkatan saya di fakultas perikanan (lupa jurusan apa).

Orang bilang, pada umumnya, kalo cewek sudah ngumpul, kerjaanya pasti ngegosip, atau ngomongin cowok. Itu bener. Tapi gak selamanya bener. Seperti kata Gie, “Kebenaran Cuma ada di langit”. Dan malam itu yang kita bahas adalah seputar sejarah nasional (is that kind of patriotism?), Mason Bebas, Dan Brown, Rizky Ridyasmara, dan sedikit Dante.

Jadi, apa yang membuat kita tidak berfikir tentang kantuk semalam suntuk? Yap! Kafein dan membicarakan apa yang menurut kita menarik (trust, me. It’s work)!

Sesorang pernah bertanya pada saya,
K : “Kok bacaan mu gitu-gitu sih?”
N : “Hah? Gitu-gitu gimana?”
K : “Ya, gitu. Seperti yang kamu jadikan foto profil. Gak takut ta baca gituan?

Saya rasa semua orang pasti sudah sangat mengenal pepatah umum “Don’t judge a book by their cover”. Itu dia. Apa yang harus ditakuti dari buku berlogo swastika dengan pengarang salah satu tokoh sejarah yang dikenal dengan kediktatorannya? Isinya? Perjalanan hidup dari dia kecil sampai dia menemukan ideologi Nazi dan berkuasa, apa ada yang harus ditakuti?
Entah apa yang menakutkan dari swastika
dan Adolf Hitler -_-
Orang lainnya bilang,
B : “Bacaanmu aneh, ya”
N : “Aneh dari mana nya?”
B : “Ya itu, zionis, mason bebas, dll…”
N : “Mmmmm, trus, ada yang salah?”
B : “Itu aneh. Harusnya, dari pada kamu baca buku-buku semacam itu, mendingan kamu baca buku-buku Islam. Siapa tau dapet hidayah”.
Ini juga dibilang serem

Apalagi yang ini -_-"
Hmmmmm…. You don’t know anything about me, Bro. Saya membaca semua jenis bacaan. Yah, walaupun untuk bacaan tentang Islam jarang sekali saya baca. Alasannya? Saya menghawatirkan diri saya sendiri. Karena bisa dibilang saya adalah orang yang gampang terpengaruh untuk apa yang saya yakini. Saya bukan penganut Islam yang saklek. Saya berpakaian biasa, saya bergaul seperti biasa, saya bersalaman dengan teman laki-laki, dan kadang masih bergosip.

Apa yang harus dikhawatirkan dari sesuatu yang kita sudah tau jelas-jelas itu salah? Yang amat sangat harus dikhawatirkan itu adalah ketika kita menganggap sesuatu itu benar, tetapi karena oknum-oknum tertentu justru malah kita menjadi sesat (tidak perlu saya perjelas).

“Trus, dapet apa kamu dari baca-baca buku itu?”


yang kaya gini dibilang aneh -,-

Hahahahahahaha. Pertanyaan retoris yang seharusnya gak perlu saya jawab. Apa yang kita dapat dari membaca? Apa perlu kita tanyakan lagi?
Saya senang membaca buku konspirasi karena buat saya itu menarik. Saya senang membaca buku sejarah karena kita bisa tau lebih dari apa yang sekedar kita dapat di sekolah.
It’s not about you. It’s about me. Masing-masing memiliki ketertarikan sendiri yang tidak bisa dipaksakan. Saya tidak pernah memaksa kalian buat berdiskusi tentang ini itu dengan saya. Saya tidak pernah memaksa kalian menemani berburu buku tua yang membukanya saja membuat bersin. Saya tidak pernah memaksa kalian mendengar cerita saya. Bahkan, saya tidak pernah memaksa kalian untuk menemani saya duduk berlama-lama membaca buku. Walau pun saya akan merasa sangat senang kalau ada yang mau menjadi teman diskusi (ini serius).

Biarkan saya dengan kesenangan saya, dan kalian dengan kesenangan kalian. Gak perlulah sinis atau sensi atau dengki. Berlakulah sewajarnya karena saya dan kesenangan saya tidak pernah merasa mengganggu kalian (kecuali kalau kalian malas melihat orang yang membaca buku berlama-lama dengan posisi yang nyaris tetap dan kening berkerut) J