Halo, pengen cerita nih. Anngap saja saya dalang dari epos Rama-Shinta versi unhappy ending –karena happy ending sudah terlalu mainstream. Oh iya, untuk mempermudah pemahaman cerita yang kenyataannya secara gak sadar dibikin rumit, kita sama-sama pake point of view orang pertama pelaku utama ya
Here it goes . . .
######
Hai, saya Ani. Cuma cewek biasa yang gak ada menarik-menariknya, cenderung kaku, dan makan seperti bayi dinosaurus. Kemarin dulu (lupa pastinya), saya mungkin jadi cewek beruntung karena saya punya orang lain yang baik banget dan terima saya apa adanya (selain orang tua dan teman-teman super saya). Dia gak pernah protes apapun tentang saya. Tentang sifat saya yang suka grasak-grusuk atau tentang gaya makan saya yang (sudah saya bilang) seperti bayi dinosaurus. Tapi ternyata diam-diam, dia kecewa sama sikap saya yang seperti cuek dan gak perduli sama keberadaan dia.
Pernah gak sih kalian denger kasus orang-orang yang less-expression? Nah, saya salah satunya. Jangankan sama dia, sama teman sendiri pun buat sekedar bilang “kamu gak papa, kan? Sudah minum obat?” sulitnya minta ampun! Kalo pun saya paksakan, yang bakal ditangkep mereka adalah cuma ke-sok-pedulian bukan ketulusan. Padahal sebenernya ya memang bener-bener tulus lahir batin saya ngerasa khawatir. Nah, itu juga yang dia rasakan soal saya.
Boleh saya bilang, He’s not a nice guy anymore. Ya! Dan yang berkontribusi besar pada perubahannya itu adalah SAYA! I’ve become so cruel more than The Mandarin dan menjadi lebih menakutkan dari para Dementor.
Ada devil-emoticon dibalik smile-emoticonnya, ada cry sad-emoticon dibalik smile-emoticon saya, ada reallycrying-emoticon dibalik laughuntillcrying-emoticon saya, dan ada weakgrandma-emoticon dibalik AdeRai-emoticon saya. Saya paham dunia ini panggung sandiwara, but DAMN!! Saya belum pernah ngerasa sebenci ini sama emoticon[s]!!
Dia terlalu sering membiarkan saya bermain-main dengan pikiran saya tentang dia, membiarkan saya membuat spekulasi-spekulasi, tanpa ada penjelasan dari realita yang sebenarnya. Dia tipe yang gampang mundur sekali gertak, sedangkan saya bukan tipe orang yang mau sibuk menerjemahkan kode-kode. Alasannya cuma satu. Saya takut salah mengartikan, dan membuat saya mengharapkan sesuatu yang gak seharusnya saya harapkan (defense-mechanism). Faktanya, worry gives small things a big shadow. Saya terlalu banyak menghawatirkan ini itu. Banyak yang saya sia-siakan gara-gara rasa khawatir berlebih yang mungkin orang lain gak bisa liat. Saya menyia-nyiakan waktu, dan terutama kamu.
When I love someone, I’ll never try to fall in love with someone else.
######
Mari berdiri di samping, di depan, atau di belakang orang-orang yang punya prinsip seperti itu karena orang-orang seperti mereka adalah orang yang nantinya akan amat sangat membutuhkan kita as shoulder to cry.
Standing ovation dan terimakasih banyak buat kalian-kalian yang sudah rela diluangkan waktunya dengerin curhatan orang-orang dengan less-expression. Yang tetap berusaha paham sama hal-rumit-tak-terjelaskan dari orang-orang less-expression. Yang berusaha jadi orang kaya asmara walau sebenarnya fakir asmara dengan ngasi wejangan-wejangan manteb. Yang punya multiple-characters bukan cuma agen ganda, pukpuk-kers, tapi juga pensieve hidup dan berjalan (love you so much :*)
"When you're up, your friends know who you are. When you're down, you know who your friends are"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar