Senin, 21 November 2011

Introducing "PITO" : Alasan Mengapa Saya Membencinya

Namanya Pito. Perawakannya sedikit gendut. Rambutnya hitam lebat. Sangat cool dan bertampang gahar. Dia seekor kucing =.=". Dari jenis anggora mungkin. Entahlah, saya kurang paham atau malah tidak ingin paham soal dunia perkucingan.

Pito adalah peliharaan mbak kost teman saya. di tempanya, Pito sangat dielu-elukan. Beberapa orang memanggilnya "Dek Pito". Bahkan Rani, teman saya bilang kalau Pito itu Manis Sekali. Nyaris muntah mendengarnya. Buat saya, Pito itu ga ada manis-manisnya. Kerjanya cuma mondar-mandir, maenin sepatu orang (mungkin sepatunya bau ikan asin), atau sekedar duduk di ambang pintu dengan tampang sangar. Ini dia tampangnya.
Sangar sekali kan....

Dengan aktivitas seperti itu, dimana letak kemanisannya?! Yang terbayang di pikiran saya malah Pito tampak seperti kucing bajak laut atau kucing preman. Kalau ditambah sedikit codet di pipinya mungkin bakal lebih seram lagi.

Suatu hari, saya maen-maen ke tempat kost teman saya (Rani) itu. Tau saya ga suka (baca : takut) kucing, Rani malah memasukkan Pito ke dalam kamarnya dan membiarkan saya terkunci di dalam kamar dengan seekor kucing garang itu. Panik dong.

Saya ga suka kucing. Selain karena bulunya, menurut salah satu buku, abad pertengahan mengasosiasikan kucing sebagai pertanda buruk. Kucing adalah binatang nocturnal yang eongannya kadang menyeramkan (selain menyebalkan). Kucing juga dianggap sebagai hewan peliharaan penyihir ataupun jelmaan dari penyihir itu sendiri.

Walaupun di film The Mummy menerangkan bahwa kucing bisa menyelamatkan Evelyn dari kejaran Imhotep, tapi buat saya, tetap saja kucing tetap menyeramkan. (Bukan berarti saya jelmaan Imhotep =.=")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar