Ahoi!!! Really long long long
time no see, ya. Apa kabar? Kemarin-kemarin lagi di kameha-meha sama tugas,
urusan KKN, dan urusan kuliah lainnya (You have to know that KRS di Fakultas
saya bisa dibilang cukup ribet).
Baru saja terlibat omongan
lumayan seru sama teman kos. Yang satu kakak tingkat semester akhir jurusan
komunikasi, satu lagi seangkatan saya di fakultas perikanan (lupa jurusan apa).
Orang bilang, pada umumnya, kalo
cewek sudah ngumpul, kerjaanya pasti ngegosip, atau ngomongin cowok. Itu bener.
Tapi gak selamanya bener. Seperti kata Gie, “Kebenaran
Cuma ada di langit”. Dan malam itu yang kita bahas adalah seputar sejarah
nasional (is that kind of patriotism?), Mason
Bebas, Dan Brown, Rizky Ridyasmara, dan sedikit Dante.
Jadi, apa yang membuat kita tidak
berfikir tentang kantuk semalam suntuk? Yap! Kafein dan membicarakan apa yang
menurut kita menarik (trust, me. It’s
work)!
Sesorang pernah bertanya pada
saya,
K : “Kok bacaan mu gitu-gitu sih?”
N : “Hah? Gitu-gitu gimana?”
K : “Ya, gitu. Seperti yang kamu
jadikan foto profil. Gak takut ta baca gituan?
Saya rasa semua orang pasti sudah
sangat mengenal pepatah umum “Don’t judge
a book by their cover”. Itu dia. Apa yang harus ditakuti dari buku berlogo
swastika dengan pengarang salah satu tokoh sejarah yang dikenal dengan
kediktatorannya? Isinya? Perjalanan hidup dari dia kecil sampai dia menemukan ideologi
Nazi dan berkuasa, apa ada yang harus ditakuti?
Entah apa yang menakutkan dari swastika dan Adolf Hitler -_- |
Orang lainnya bilang,
B : “Bacaanmu aneh, ya”
N : “Aneh dari mana nya?”
B : “Ya itu, zionis, mason bebas,
dll…”
N : “Mmmmm, trus, ada yang salah?”
B : “Itu aneh. Harusnya, dari
pada kamu baca buku-buku semacam itu, mendingan kamu baca buku-buku Islam.
Siapa tau dapet hidayah”.
Hmmmmm…. You don’t know anything
about me, Bro. Saya membaca semua jenis bacaan. Yah, walaupun untuk bacaan
tentang Islam jarang sekali saya baca. Alasannya? Saya menghawatirkan diri saya
sendiri. Karena bisa dibilang saya adalah orang yang gampang terpengaruh untuk
apa yang saya yakini. Saya bukan penganut Islam yang saklek. Saya berpakaian biasa, saya bergaul seperti biasa, saya
bersalaman dengan teman laki-laki, dan kadang masih bergosip.
Apa yang harus dikhawatirkan dari
sesuatu yang kita sudah tau jelas-jelas itu salah? Yang amat sangat harus
dikhawatirkan itu adalah ketika kita menganggap sesuatu itu benar, tetapi
karena oknum-oknum tertentu justru malah kita menjadi sesat (tidak perlu saya
perjelas).
Hahahahahahaha. Pertanyaan retoris
yang seharusnya gak perlu saya jawab. Apa yang kita dapat dari membaca? Apa
perlu kita tanyakan lagi?
Saya senang membaca buku
konspirasi karena buat saya itu menarik. Saya senang membaca buku sejarah
karena kita bisa tau lebih dari apa yang sekedar kita dapat di sekolah.
It’s not about you. It’s about
me. Masing-masing memiliki ketertarikan sendiri yang tidak bisa dipaksakan. Saya
tidak pernah memaksa kalian buat berdiskusi tentang ini itu dengan saya. Saya tidak
pernah memaksa kalian menemani berburu buku tua yang membukanya saja membuat
bersin. Saya tidak pernah memaksa kalian mendengar cerita saya. Bahkan, saya
tidak pernah memaksa kalian untuk menemani saya duduk berlama-lama membaca buku.
Walau pun saya akan merasa sangat senang kalau ada yang mau menjadi teman
diskusi (ini serius).
Biarkan saya dengan kesenangan
saya, dan kalian dengan kesenangan kalian. Gak perlulah sinis atau sensi atau
dengki. Berlakulah sewajarnya karena saya dan kesenangan saya tidak pernah
merasa mengganggu kalian (kecuali kalau kalian malas melihat orang yang membaca
buku berlama-lama dengan posisi yang nyaris tetap dan kening berkerut) J